Minggu, 23 Agustus 2009
SEJARAH MADINAH SEBELUM DIBENTUKNYA PIAGAM MADINAH
Yatsrib(1) terletak di daerah Hijaz yang merupakan suatu daerah tandus yang tebentang seperti rintangan bagian dari jazirah Arab yang terletak di antara dataran tinggi Nejd dan daerah pantai Tihamah. Di daerah ini selain Yatrsib terdapat dua kota utama, yaitu Taif dan Makkah. Penduduknya terdiri dari bangsa Arab dan bangsa Yahudi. Bangsa Arab tinggal di Makkah, Madinah dan Taif, sedangkan bangsa Yahudi tinggal di Madinah dan sekitarnya.(2)
Yatsrib terletak 300 mil sebelah utara kota Makkah, alamnya lebih menguntungkan dari kota dagang itu. Dalam berbagai aspek kehidupan, Yatsrib memiliki situasi yang sangat berbeda dari Makkah. Penduduknya menjelang hijrahnya Nabi ke kota itu terdiri dari bangsa Arab dan bangsa Yahudi yang terbagi ke dalam beberapa suku. Suku-suku terkemuka golongan Arab adalah Aus dan Khazraj yang berimigrasi dari Arab selatan, di samping suku-suku Arab lain yang lebih dulu menetap. Sedang dari bangsa Yahudi diantaranya ada suku Banu Nadzir, Banu Qainuqa dan Banu Quraidzah yang menguasai pasar dan perdagangan, selain itu juga ada suku Banu Tsa’labah dan Hadh.
Kedudukan kaum Yahudi di kota dipandang sebagai yang paling kuat di kalangan penduduk umumnya. Pada suatu waktu mereka pernah mengontrol politik di Madinah. Mungkin pada waktu itu mereka membangun pertanian dan mendominasi orang-orang Arab yang hidupnya sangat tergantung pada mereka. Tapi pada awal abad ke 6 masehi orang-orang Arab berhasil melepaskan diri dari ketergantungannya dari orang- orang Yahudi.(3)
Dalam masalah kepercayaan, orang-orang Arab Madinah merupakan penyembah berhala sebagaimana penduduk Mekkah. Berhala manata (Dewi Furtuna atau Dewi Wanita) yang mereka yakini mempengaruhi nasib manusia, dewa yang terpenting yang disembah oleh suku-suku ‘Azad, Aus dan Khazraj.(4) Agama ini merupakan keyakinan yang turun-temurun dari nenek-moyang sebagaimana budaya orang-orang Arab. Secara teologis berhala-berhala itu mereka yakini mempunyai fungsi mediator untuk mendekatkan diri pada Allah, Tuhan Pencipta Alam.
Sedang masyarakat Yahudi sebagian besar penganut Agama Yahudi. Sebagai ahlul kitab dan penganjur politheisme mereka mencela tetangga mereka kaum Arab yang menyembah berhala sebagai pendekatan terhadap Tuhan. Mereka juga memperingatkan orang-orang Arab bahwa suatu kelak akan lahir seorang Nabi yang akan menghabisi mereka dan mendukung kaum Yahudi. Mereka juga menginformasikan akan adanya hari kebangkitan, balasan atas perbuatan manusia dan Nabi terakhir adalah pendukung agama monotheisme.(5) Walaupun orang-orang Arab Madinah mayoritas tidak terpengaruh akan agama Yahudi tapi pengetahuan mereka akan agama Yahudi merupakan faktor bagi mereka mudah menerima Islam setelah mereka bertemu Nabi Muhammad.
Orang-orang Arab mempunyai karakter sikap kesukuan yang tinggi, sifat ashabiyah atau tribal humanism.(6) Sifat keras dan suka berperang ini sering mengganggu stabilitas dan keamanan daerah perkotaan. Seperti yang dikutip Ashgar, Ibnu Khaldun menulis;
Bahwa suku badui adalah bangsa yang tak beradab yang biasa melakukan tindakan-tindakan yang tak bermoral… Lebih dari itu, sudah menjadi sifat mereka untuk merampas apa saja yang dimiliki orang lain. Makanan mereka didapat dengan melempar tombak ke musuh mereka.(7)
Suku Yahudi Madinah membangun benteng-benteng pertahanan untuk menjaga diri dan menjaga hasil pertanian mereka.(8) Watt menyebutkan bahwa agama orang Arab boleh jadi yang benar-benar dihayati adalah humanisme kesukuan. Pikiran yang utama dalam setiap individu adalah kehormatan suku. Makna kehidupan timbul dari perwujudan keutamaan manusia, yaitu semua sifat yang menghiasi cita Arab tentang kejantanan dan keteguhan hati, pemangku sifat-sifat ini adalah suku ketimbang individu.(9) Karakter sosial yang keras ini pengaruh dari kondisi geografis, tempat tinggal mereka yang berada di tengah-tengah gurun gersang dan panas. Tapi kota Madinah dapat dikatakan lebih kondusif dibanding dengan Makkah.
DAFTAR PSUTAKA
(1) Yatsrib merupakan nama kota Madinah sebelum datangnya Islam. Kemudian setelah Islam datang kota ini lebih dikenal dengan Madinah an-Nabawiyah (Kota Nabi) dan Madinah al-Munawarah (Kota Yang Bercahaya).
(2) Kedua bangsa ini menurut sejarahnya berasal dari satu rumpun yaitu Semit, yang berpangkal dari Nabi Ibrahim melalui dua putranya yaitu Ishaq dan Ismail. Bangsa Arab melalui Ismail dan bangsa Yahudi melalui Ishaq. J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan al-Qur’an, Jakarta, Raja Grafindo Persada, cet. –2, 1996, hlm. 26
(3) Ibid., hlm. 31
(4) Ibid., hlm. 35
(5) Muhammad Husain Haekal, al-Hayat Muhammad, terj. Ali Audah, Jakarta, Litera Antar Nusa, cet. -14, 1992, hlm. 164
(6) Suatu sikap dimana seseorang akan lebih mempunyai arti jika berada dalam suatu suku, kehidupan seseorang sangat bergantung terhadap adanya suku, dan solidaritas terhadap suku sangat tinggi. Bahkan mereka akan membela anggota sukunya dengan perang jika anggota suku tersebut dianiaya atau dibunuh suku lain. Pdt. Djaka Soetapa, Ummah: Komunitas Religius, Sosial dan Politik dalam al-Qur’an, Yogyakarta, Mitra Gama Media, 1991, hlm. 62
(7) Asghar Ali Engineer, Asal-Usul dan Perkembangan Islam, terj. Imam Baehaqi, Jakarta, Pustaka pelajar, 1999, hlm. 21-22
(8) Depag RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, Jakarta, Depag RI, 1992/1993, hlm.659
(9) W. Montgomery Watt, Muhammad; Nabi dan Negarawan, terj. Djohan Efendi, Jakarta, CV. Kuming Mas, cet. -2, 1984, hlm. 52
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar